ABSTRAK
Irma
Ulfa
EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE
CERAMAH DAN METODE CERAMAH DENGAN AUDIO
VISUAL TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUANSISWA SMA
NEGERI 4 KUPANG
xii + 40 halaman + 1 gambar + 3 lampiran.
Penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan
kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi
yang setinggi-tingginya dengan menggunakan alat bantu (media).
Media tersebut merupakan alternatif dalam menyampaikan
materi penyuluhan ( metode penyuluhan ) yang dibarengi dengan uraian lisan, yang akhirnya akan
dicatat secara cermat untuk mencernakan fakta dan imajinasi agar mudah diingat dan diterima
atau ditangkap melalui panca indra.
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan
metode ceramah dan metode ceramah dengan
audio visual terhadap peningkatan
pengetahuan siswa SMA Negeri 4 Kupang.
Sampel yang diambil adalah berjumlah 38
orang, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok dengan menggunakan metode ceramah
dan kelompok dengan metode ceramah menggunakan audio visual, dan tiap-tiap
kelompok berjumlah 19 orang.
Metode
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian lembaran kuesioner
yang terbagi atas dua tahapan yaitu pre test dan pos test guna
mengetahui peningkatan pengetahuan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah (Flipchart ) dan metode ceramah dengan
audio visual dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut lebih
efektiv menggunakan metode ceramah dengan audio visual dibandingkan dengan
metode ceramah (Flipchart ), dalam
meningkatkan pengetahuan siswa SMA Negeri 4 Kupang.
Dengan
demikian disarankan kepada perawat gigi agar menggunakan metode ceramah dengan
audio visual untuk meningkatkan pengetahuan audiens tentang kesehatan gigi dan
mulut.
Kata Kunci : Efektivitas, penyuluhan metode ceramah
dan ceramah dengan audio visual, peningkatan pengetahuan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah
pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik
melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi.
Secara fenomenologis, (1952) mengatakan bahwa pendidikan itu pada hakikatnya
merupakan bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
cara berupa alat, bahasa, media.
Konsep
dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu
sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang
lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau masyarakat
dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak
mampu menjadi mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatannya sendiri.
Penyuluhan
/ Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) adalah suatu proses belajar yang
ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya.
Penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga
keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan
dalam setiap memberikan asuhan
keperawatan dimana saja ia
bertugas apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Dengan
demikian seorang perawat harus mampu menjalankan peranannya dalam memberikan
pendidikan kesehatan baik di institusi seperti
puskesmas, klinik, rumah sakit, maupun sekolah terhadap individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengubah perilaku mereka kearah
perilaku sehat (Efendi, 1998).
Tujuan utama pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah
laku pada peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan
tingkah laku ini dapat berupa penambahan pengetahuan ( aspek kognitif ), sikap ( aspek
afektif ), dan perilaku ( aspek
psikomotorik ). Tentunya perubahan tingkah laku ini yang bersifat positif
dan menuju ke arah perbaikan. Bisa saja menemui kegagalan apabila cara
penyampaian materi pelajaran tersebut tidak menarik.
Agar penyampaian meteri pelajaran dapat diterima dengan
baik serta menarik bagi peserta didik, tidak cukup dengan hanya memanfaatkan
indera pendengaran saja, melainkan sebaiknya juga dapat di nikmati oleh indra
penglihatan. Semakin banyak panca indra yang dilibatkan dalam menerima sesuatu,
semakin kompleks pengetahuan yang didapat. Menurut penelitian, daya serap pancaindera
manusia tidaklah sama. Masing-masing pancaindera manusia memiliki karakteristik
tersendiri dalam daya serap pelajaran. Proses belajar seseorang dengan
menggunakan indera penglihatan mencapai 82%, pendengaran 11%, peraba 3,5%,
perasa 2,5% dan penciuman 1% ( Piran
Wiroatmojo dan Sasonohardjo, 2002 ). Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa
apabila penyampaian materi pelajaran atau penyuluhan lebih banyak memanfaatkan
indera penglihatan akan memperoleh hasil yang paling tinggi.
Pemanfaatan pancaindera dalam proses belajar atau penyuluhan
tidak terlepas dari adanya suatu obyek,
karena untuk mendapat pengetahuan yang kompleks dalam proses belajar
diperlukan penggunaan media salah satunya yang sangat efektif adalah pemakaian
alat bantu ( media ). Pertanyaannya mengapa harus menggunakan media ?.
Alat bantu (media) adalah
alat-alat yang digunakan
oleh seorang
penyuluh
di dalam menyampaikan
bahan pendidikan, dalam hal ini
media yang bisa menyampaikan informasi secara bersama – sama berupa suara dan
gambar atau model disebut media audio visual, dalam dunia pendidikan disebut audio-Visual (AVA) atau alat bantu
pandang dengar. Prinsip pembuatan alat peraga atau
media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap
melalui panca indra ( Heri, 2009 ).
Media dirancang agar pemakai bisa mengontrol dan
merekayasa tampilannya setiap saat atau kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
Media-media itu adalah gambar atau video, suara atau audio, grafis, animasi dan
teks atau tulisan. Media-media tersebut merupakan alternatif dalam menyampaikan
materi penyuluhan yang dibarengi dengan uraian lisan, yang akhirnya akan
dicatat secara cermat untuk mencernakan fakta dan imajinasi agar mudah diingat.
Aplikasi ini sangat banyak digunakan apalagi oleh kalangan
perkantoran, para pendidik, siswa, dan petugas kesehatan dan trainer
(Musyahid, A., 2008). Dalam media ini terdapat interaksi antara anak dengan
media, hal ini akan merangsang rasa ingin tahu anak dan rasa ketertarikan
terhadap apa yang dipelajarinya, dengan demikian maksud dari penyuluhan tersebut
dapat mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk
meneliti efektivitas penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode ceramah dengan audio visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa SMA Negeri 4 Kupang
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas penulis dapat memaparkan permasalahan sebagai berikut : apakah
efektif penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan
metode ceramah dan metode ceramah dengan
audio visual terhadap peningkatan pengetahuan
siswa SMA Negeri
4 Kupang
C.
Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan
metode ceramah dan metode ceramah dengan
audio visual terhadap peningkatan
pengetahuan siswa SMA Negeri
4 Kupang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini menambah wawasan
dan pengetahuan penulis dalam melaksanakan penelitian dan juga sebagai
penerapan ilmu yang didapat selama mengikuti proses perkuliahan.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
kepustakaan pada jurusan keperawatan gigi sehingga dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa juga sebagai data awal untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi siswa SMA Negeri 4 Kupang
Sebagai tolak ukur dalam
meningkatkan pemahaman terhadap penerimaan materi penyuluhan dengan menggunakan
media penyuluhan.
BAB
II
TELAAH
PUSTAKA
A. Tinjauan
Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari
dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia
serta keadaan sosial budaya ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 ).
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu,
dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat menjadi dapat.
Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep – konsep,
baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman, Notoadmodjo ( 2005 ).
Beberapa tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo ( 2005 ) yaitu:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah.
b.
Memahami
(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.
Aplikasi
(Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
d.
Analisis
(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.
e.
Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang
ada.
f.
Evaluasi
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jusfikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan,
indra pendengaran, indra penciuman, indra peraba, dan indra perasa.
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan
dan pengetahuan itu tidak lain adalah dari hasil tahu seseorang. Pengetahuan
merupakan salah satu aspek perilaku yang menunjukan kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pengetahuan ini akan
menunjukan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menggunakan kemampuan terhadap
segala sesuatu yang telah dipelajari (Staton,1997).
Pengetahuan ini harus sesuai dengan aspek
obyek yang diketahui jika orang tidak tahu akan salah satu aspek dari obyeknya,
ia belum lengkap pengetahuannya. Orang yang hendak tahu memang harus sadar dan
kesadaran itu harus ada, bahkan mutlak bagi pengetahuan, karena yang tidak
sadar tentu tidak tahu.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan menjadi
3 kelompok besar yang meliputi :
a. Ilmu pengetahuan teoritis yaitu, pengetahuan
yang hanya mempunyai tujuan demi pengetahuan itu sendiri.
b. Ilmu pengetahuan praktis yaitu, pengetahuan
hanya bertujuan demi tingka laku atau mendorong aktivitas.
c. Ilmu pengetahuan produktif yaitu, pengetahuan
yang bertujuan demi kegunaan atau keindahan,kebenaran.
Dari pembagian tersebut yang penting adalah bahwa orang memusatkan
perhatiannya bukan pada masalah-masalah teoritis melainkan pada penarikan
manfaat bagi kesejahteraan manusia. Dengan kata lain yang diutamakan adalah
penerapan pengatahuan tersebut untuk menyelesaikan persoalan (problem solving).
2.
Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian
informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau
meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya
perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara
individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai
kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat
(Muninjaya, 2004).
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal
yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan
sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi – informasi, dan
kemampuan - kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup
menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu
kegiatan nonformal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik seperti yang dicita-citakan (Zulkarimein, 1989).
b.
Langkah-langkah
Penyuluhan
Untuk melaksanakan
program penyuluhan harus membuat perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Suatu
perencanaan yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Dapat
dilaksanakan terus menerus.
2) Berorientasi
ke masa depan.
3) Dapat
menyelesaikan suatu masalah.
4) Mempunyai
tujuan.
Menurut
Herijulianti (2002) langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun
perencanaan penyuluhan adalah :
1. Analisis
Situasi.
Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam
mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh
informasi yang akurat tentang masalah yang dihadapi.
2. Penentuan
Prioritas Masalah
Mengurutkan
masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang
kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara
lain dengan cara pembobotan.
3. Penentuan
Tujuan
Tujuan
penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak sehat ke arah
perilaku sehat.
4. Penentuan
Sasaran
Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan
menjadi :
a) Masyarakat
umum
b) Masyarakat
sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai
c) Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan
yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.
5. Penentuan
Pesan
Pesan
merupakan informasi yang akan disampaikan kepada sasaran. Pesan yang
disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan.
6. Penentuan
Metode
Pemilihan
metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin dicapai, apakah
pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk
mengubah kognitif / pengetahuan dapat memilih dengan
menggunakan metode ceramah ataupun diskusi).
7. Penentuan
Media
Dalam
menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga. Pemilihan media
dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh merupakan
suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar.
8. Penentuan
Rencana Penilaian
Penilaian
yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan tolak ukur yang
akan digunakan untuk penilaian.
9. Penyusunan
Jadwal Kegiatan
Rencana
kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang disesuaikan dengan
sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan
rencana penilaian.
c.
Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan
Mulut
Penyuluhan merupakan upaya pendidikan yang memiliki prinsip-prinsip
tertentu. Yang harus diperhatikan agar penyuluhan berhasil yakni :
1)
Prinsip-prinsip dasar penyuluhan masyarakat meliputi
: seorang penyuluh hendaknya mempunyai keahlian, kejujuran, ketekunan dan
kesungguhan dalam melaksanakan aktifitasnya, antara penyuluh dan kelompok
sasaran yang harus terjadi jalinan hubungan batin yang baik, materi atau bahan
penyuluhan yang disampaikan hendaknya mulai dari materi yang paling mudah diterima dan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
kelompok, media yang digunakan tepat guna dan berdaya guna.
2)
Prinsip dasar penyuluhan kelas antara lain :
Mengikut sertakan peserta didik
pada saat memberikan penyuluhan dalam kelas, memajukan pelajaran peserta didik
pada saat memberikan pelajaran yang mudah kemudian bertahap dilanjutkan kepada
yang sulit, keluwesan dalam pergaulan membiarkan diri mengikuti kehendak
anak-anak sesuai dengan keadaan mereka.
3)
Bentuk penyuluhan
Penyuluhan individu atau
perorangan yaitu formal dan informal yang dilaksanakan di puskesmas dan
kunjungan rumah, penyuluhan kelompok misalnya Karan Taruna dan ibu-ibu PKK,
penyuluhan masa yaitu penyuluhan yang diberikan pada sekelompok orang atau
masyarakat dalam jumlah yang besar, misalnya memasang poster/tulisan ditempat
ramai, melalui media massa seperti televisi, radio, dan surat kabar.
d.
Metode
Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan
kebutuhan (Notoatmodjo, 2007).
Pemilihan metode harus mengacuh pada
kriteria tertentu yaitu : menunjang penyampaian TIK yang telah ditetapkan. Hal
ini tergantung pada perubahan perilaku yang diharapkan berdasarkan taksonomi.
Bloom yang membagi perilaku manusia dalam tiga faktor, yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psykomotor (ketrampilan).
Macam-macam metode
penyuluhan
1)
Metode
One
Way Methode
Menitik beratkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak
diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode
ceramah, siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
2)
Metode
Two
Way Methode
Pada metode ini terjadi komunikasi dua
arah antara pendidik dan sasaran.Yang termasuk dalam metode ini adalah : wawancara,
demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role
playing) dan tanya
jawab.
Pengelompokan
penyuluhan berdasarkan
jumlah sasaran antara lain :
a)
Kelompok
besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar ini antara
lain adalah ceramah, demonstrasi dan seminar.
b)
Kelompok
kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini antara lain :
diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran (roleplay).
Salah satu program upaya promotif adalah
dengan memberikan penyuluhan. Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah
metode ceramah, demonstrasi dan praktik.
1.
Ceramah
Ceramah
merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian
atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan. Ciri-ciri metode ceramah : ada
sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan
pesan tentang kesehatan yang akan disampaikan, tidak adanya kesempatan bertanya
bagi sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga
untuk mempermudah pengertian.
Kelebihan Metode Ceramah
a.
Penyuluh mudah menguasai kelas
b.
Dapat diikuti oleh peserta yang banyak
c.
Relatif mudah menyiapkan dan melaksanakannya
d.
Sangat efektif untuk mengenalkan materi atau teknologi
baru
e.
Teknik ceramah yang baik sangat mendukung tercapainya
penyerapan dan pemahaman yang optimal terhadap materi penyuluhan
f.
Teknik ceramah yang baik, akan efektif digunakan pada
jam-jam yang melelahkan
Kelemahan metode ceramah
1)
Sulit mengetahui tingkat pengertian dan pemahaman
setiap peserta terhadap materi yang disampaikan
2)
Pernyataan lisan kadang-kadang sukar ditangkap,
sehingga sering menimbulkan salah pengertian dan beda penafsiran
3)
Retensi penyerapan informasi atau materi lambat dan
kurang
4)
Peserta penyuluhan relatif pasif
Ciri khas ceramah
Ada sekelompok pendengar yang
telah disiapkan, ada suatu ide yang akan disampaikan dengan lisan ada kesempatan bertanya dari pendengar,
ada alat peraga yang harus dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang sudah
dijelaskan dengan lisan.
2.
Demonstrasi
Demonstrasi
adalah suatu cara untuk menujukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang
sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat
peraga. Metode ini dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar
jumlahnya.
Ciri-ciri demonstrasi yaitu memperlihatkan pada kelompok
bagaimana prosedur untuk membuat sesuatu, dapat meyakinkan peserta bahwa mereka
dapat melakukannya dan dapat meningkatkan minat sasaran untuk belajar. Keuntungan
demonstrasi : kegiatan ini dapat memberikan suatu keterampilan tertentu kepada
kelompok sasaran, dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan karena penggunaan
bahasa yang lebih terbatas, membantu sasaran untuk memahami dengan jelas
jalannya suatu proses prosedur yang dilakukan. Kerugian demonstrasi : tidak
dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan terlalu kecil atau
penempatannya kurang pada tempatnya, uraian atau penjelasan yang disampaikan
kurang jelas, waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak dapat
diikutsertakan (Taufik, 2007).
3.
Wawancara
Wawancara adalah
salah satu cara pendidikan kesehatan dengan jalan mengadakan tanya jawab dan
pengarahan kearah tujuan. Tujuannya
adalah untuk memperoleh / memberikan keterangan kepada seseorang
serta mempengaruhi pengetahuan dan sikap / tingkah laku dengan cara-cara
tertentu.
3. Media Pendidikan Kesehatan
a.
Pengertian
Yang
dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu
pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan
alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau “klien”.
b.
Jenis
– Jenis Media
Berdasarkan
fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan
( media ), media ini dibagi menjadi 3, yakni (
Ircham, 2007 ):
1)
Media cetak
Media cetak sebagai
alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain:
a. Booklet
ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan bentuk buku,
baik tulisan maupun gambar.
b. Leflet
ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran
yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau
kombinasi.
c. Flyer
( Selebaran ) ialah seperti leaflet
tetapi, tidak dalam bentuk lipatan
d. Flip Chart
( lembar balik ) media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik
e. Rubrik
atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
f. Poster
ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan, yang
biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan
umum.
g. Foto
yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2) Media
elektronik
Media elektronik
sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain:
a) Televisi
Penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan melalui media televise dapat dalam bentuk:
sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau hanya tanya jawab sekitar masalah kesehatan,
pidato, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dan lain-lain.
b) Radio
Penyampaian informasi
atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam
antara lain obrolan ( Tanya jawab ), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan
lain-lain.
c) Video
Penyampaian informasi
atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.
d)
Slide
Slide
juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c.
Klasifikasi
Media Berdasarkan Persepsi Indera
Berdasarkan persepsi indera, media diklasifikasikan
menjadi tiga kelas, yakni media audio, media visual, dan media audio visual
(Setyosari dan Sihkabuden, 2005).
Media audio adalah media yang hanya mengandalkan suara
saja, seperti radio, cassette tape
recorder, dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau
mempunyai kelainan dalam pendengaran.
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film
strip (film rangkai), slide (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan,
dan ada pula yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film
bisu dan film kartun.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,
karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi ke
dalam audio visual diam (slide bersuara, film rangkai bersuara, cetak suara)
dan audio visual gerak (film suara, video
cassette).
Suleiman (1988) mengklasifikasikan media pembelajaran
berdasarkan persepsi indera sebagai berikut :
1) Media Audio
Media audio, yaitu media yang menghasilkan bunyi atau
suara. Media ini dapat menyalurkan pesan melalui bunyi atau suara. Contoh media
ini adalah radio dan audio cassette tape
recorder.
2) Media Visual
Media visual, yaitu media yang menghasilkan bentuk atau
rupa, yang dikenal sebagai media peraga. Contoh media visual adalah gambar alat
transfortasi, insektarium, tiruan rangka manusia, dan lain-lain.
Media visual dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) media visual dua dimensi dan (2) media
visual tiga dimensi. Media visual dua dimensi meliputi media dua dimensi pada
bidang yang tidak transparan dan media dua dimensi pada bidang yang transparan.
3) Media Audio Visual
Media audio visual, yaitu media yang dapat
menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit media. Contoh jenis media ini
adalah video, film bersuara, dan televisi.
d.
Fungsi
Media
Media sebagai suatu komponen sistem pembelajaran,
mempunyai fungsi dan peran yang sangat vital
bagi kelangsungan pembelajaran. Itu berarti bahwa media memiliki posisi
yang strategis sebagai bagian integral dari pembelajaran. Integral dalam
konteks ini mengandung pengertian bahwa media itu merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembelajaran. Tanpa adanya media, maka pembelajaran tidak akan
pernah terjadi.
Sebagai komponen sistem pembelajaran, media memiliki
fungsi yang berbeda dengan fungsi komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai
komponen yang dimuati pesan pembelajaran untuk disampaikan kepada pebelajar.
Pada proses penyampaian pesan ini seringkali terjadi gangguan yang
mengakibatkan pesan pembelajaran tidak diterima oleh pebelajar seperti apa yang
dimaksudkan oleh penyampai pesan. Gangguan-gangguan komunikasi antara penyampai
pesan dengan pebelajar ini kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu verbalisme, salah tafsir, perhatian ganda, pembentukan persepsi tak
bermakna, dan kondisi lingkungan yang tak menunjang.
Kunci pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan
gangguan proses penyampaian pesan pembelajaran ini terletak pada media yang
dipakai dalam proses itu. Menurut Degeng (2001) secara garis besar fungsi media
adalah :
1.
Menghindari
terjadinya verbalisme
2.
Membangkitkan
minat/motivasi
3.
Menarik
perhatian siswa
4.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran
5.
Mengaktifkan
mahasiswa dalam kegiatan belajar
6.
Mengefektifkan
pemberian rangsangan untuk belajar
Media
yang dirancang dengan baik dalam batas-batas tertentu dapat merangsang
timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa. Dengan perkataan lain
terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung antara
siswa dengan sumber pesan atau guru (Miarso, 1986).
Ibrahim,
dkk (2004) menjelaskan fungsi media pembelajaran ditinjau dari dua hal, yaitu
proses pembelajaran sebagai proses komunikasi dan kegiatan interaksi antara
siswa dan lingkungannya. Ditinjau dari proses pembelajaran sebagai proses komunikasi, maka fungsi media
adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) ke penerima (siswa).
Ditinjau dari proses pembelajaran sebagai kegiatan interaksi antara siswa dan
lingkungannya, maka fungsi dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media
dan hambatan komunikasi yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
e.
Manfaat Media
Menurut Piran Wiroatmodjo dan Sasonoharrdjo (2002),
beberapa kegunaan media, sebagai berikut:
1)
Penggunaan
media pembelajaran, dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
verbalistik.
2)
Dengan
menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariai dapat diatasi sikap
pasif siswa. Dalam hal ini, media pembelajaran berguna untuk; (1) menimbulkan
motivasi dan gairah belajar, (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung
antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan, dan (3) Memungkinkan peserta
didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
3)
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya:
a)
Objek
terlalu besar, bisa digantikan dengan model, gambar, vidio, dan sebagainya.
b)
Objek
yang terlalu kecil, dapat dibantu dengan projektor mikro, film slide, gambar,
atau vidio.
c)
Gerak
yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan high speed photography atau slow metion playback vidio.
d)
Kejadian
atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat di tampilkan lagi lewat rekaman
film, vidio, film slide, foto ataupun secara verbal.
e)
Objek
yang terlalu kompleks, misalnya mesin-mesin, dapat disajikan dengan model
diagram, dan lain-lain.
f)
Konsep
yang terlalu luas (gunung api, gempa bumi, iklim, dan lain-lain dapat
divisualkan dengan bentuk film,vidio,film slide, gambar.
4)
Dengan
sifat yang unik setiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman
yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya diatasi
sendiri. masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yakni dengan
kemampuan dalam :
a)
Memberikan
perangsang yang sama,
b)
Mempersamakan
pengalaman, dan
c)
Menimbulkan
persepsi yang sama.
4. Media Audio Visual
a.
Pengertian Media Audio Visual
Media atau alat-alat audio-visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat
yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audio-visual
gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Media
audio-visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau.
Teknologi
audio-visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti: televisi, tape
recorder, dan proyektor visual yang lebar.
Morgan
menyebutkan efektifitas pengajaran
orang dewasa seperti yang disebut dalam prinsip pendidikan
orang dewasa tergantung
pada pengertian yang jelas.Tulisan dan ucapan sangat
bermanfaat dalam situasi belajar pada umumnya,
tetapi ada beberapa konsep yang
tidak dapat disampaikan sejelas atau selengkap jika menggunakan alat
bantu audio-visual.
Media
audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media
yang pertama dan
yang kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1.
Audio-visual diam yaitu: media yang
menampilkan suara dan gambar diam
seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.
2.
Audio-visual cetak yaitu: media yang
dapat menapilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak seperti: film suara dan video-cassette. Dimasa lampau, diskusi tentang alat Bantu audio-visual lebih condong
didominasi oleh apa yang disebut Dwyer sebagai “teori realisme”.
Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar yang
sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audio-visual
yang mendekati realitas. Dengan kata lain, dalam memilih
alat bantu, obyek-obyek sebenarnya lebih disukai dari gambar, gambar foto lebih disukai dari
gambar garis sederhana atau sketsa. Miller mengemukakan lebih banyak
sifat bahan audio-visual yang menyerupai realitas, makin mudah terjadi belajar. Seperti
yang dikatakan Bruner dan Traver realisme tidak menjamin bahwa informasi yang berguna dapat dipersepsi atau
dirasakan, dipelajari dan diingat. Ini berarti bahwa suatu gambar garis yang sederhana
lebih baik dari sebuah obyek sebenarnya dan karyawisata. Jadi, pengajaran melalui audio-visual adalah
produksi dan penggunaan materi yang
penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya
tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada.
b.
Kriteria
Media Audio-Visual
Dalam pengelompokan
audio-visual dapat dibagi menjadi dua
kategori yang dapat membedakannya, antara lain:
1.
Media
opsional atau media pengayaan.
Bahannya dapat dipilih sesuai kehendaknya sendiri,
dengan syarat cukup waktu dan biaya.
2.
Media yang diperlukan atau yang harus
digunakan.
Media macam ini harus
digunakan untuk membantu siswa melaksanakan atau mencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas
yang diberikan. Untuk itu diperlukan
biaya dan waktu.
Oleh karena itu alat-alat audio-visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih
mudah dan lebih cepat belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti
gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan melihat dan sekaligus
mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih
mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi
pelajaran, penerangan atau
penyuluhan.
c. Jenis-jenis Media Audio-Visual
Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio-visual, antara lain:
1.
Radio
Radio adalah media
audio-visual yang programnya dapat direkam
dan diputar sesuka kita. Media
ini relatif murah dan variasi
progamnya lebih banyak dan bisa
dipindah-pindah dan dapat digunakan bersama-sama. Radio merupakan elektronik
yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian
atau peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan
sebagainya.
2.
Televisi
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara
melalui kabel atau ruang. Sistem
ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara
ke dalam gelombang elektrik dan
mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. Dengan demikian,
ada dua
jenis pengiriman (penyiaran)
gambar dan suara yaitu penyiaran lansung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan
sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam di atas pita film
atau pita video.
3.
Proyektor Transparansi (OHP)
Overhead projector adalah alat audio-visual yang sangat sering digunakan dalam
berbagai program pendidikan orang
dewasa. Beberapa pendidik merencanakan seluruh program
pengajaran mereka dengan menggunakan transparansi
atau overhead projector.
Overhead projector sebaiknya
tidak dianggap sebagai pengganti
papan tulis atau media yang
lain, tetapi sebagai pelengkap
saja. Bagaimanapun penggunaan overhead
projector dalam pendidikan orang dewasa banyak manfaatnya. Transparansi
yang diproyeksikan adalah visual baik
berupa huruf, lambang, gambar, grafik
atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang
dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui
sebuah proyektor. Kemampuan proyektor memperbesar gambar membuat
media ini berguna
untuk menyajikan informasi pada
kelompok yang besar dan pada semua jenjang.
OHP dirancang
untuk dapat digunakan di depan kelas sehingga guru dapat selalu
berhadapan atau menatap langsung dengan
siswanya. Menurut Chance membandingkan
pemakaian papan tulis dengan OHP dalam mengajarkan gambar-gambar teknik.
Hasilnya: lebih baik dengan OHP. Waktu pelaksanaan dikurangi 20%, yang
berarti bahwa lebih banyak waktu dapat di gunakan untuk
menjawab pertanyaan, untuk diskusi dan praktek. Hal-hal yang sama juga
ditemukan oleh peneliti-peneliti lain.
4.
Computer multimedia
Memanfaatkan program
computer dengan file multimedia sebagai media pembelajaran, mampu menampilkan
gambar-gambar maupun tulisan yang diam dan bergerak serta bersuara. Mutu dan
gambarnya sangat bagus seta mempunyai efek tiga dimensi. Apabila ada perubahan
penampilan, prosesnya dapat dilakukan pada saat itu juga dalam waktu yang
sangat singkat di depan peserta didik, sehingga lebih menarik dan lebih inofatif.
Dalam kenyataannya
media ini dapat menggantikan hamper semua peranan media yang ada sebelumnya.
Sejauh tetap berfungsi normal, dibantu penayangannya dengan menggunakan LCD
projector ( infocus ).
d.
Tahapan
Penggunaan Media Audio-Visual
Alat-alat audio-visual baru ada
faedahnya kalau yang menggunakannya telah mempunyai keahlian dan
keterampilan yang lebih memadai dalam penggunaannya. Hal itu menimbulkan kepercayaan dirinya, oleh
karena itu membuatnya sanggup
menyampaikan pelajaran, penyuluhan atau penerangan dengan baik. Dia harus tahu bagaimana menyajikan pelajaran atau menyampaikan
informasi dengan alat yang digunakannya.
Adapun langkah-langkahnya adalah:
1.
Merumuskan tujuan pengajaran dengan
memanfaatkan media audio-visaual sebagai
media pembelajaran.
2.
Persiapan penyuluh. Pada fase ini
penyuluh memilih dan menetapkan media yang akan dipakai guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.
3.
Persiapan kelas / sasaran. Pada fase
ini siswa atau kelas dan atau sasaran harus mempunyai
persiapan sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media
ini.
4.
Langkah penyajian pelajaran dan
pemanfaatan media. Penyajian bahan pelajaran
dengan memanfaatkan media
pengajaran maka keahlian penyuluh dituntut
di sini.
5.
Langkah kegiatan belajar siswa /
sasaran. Pada fase
ini siswa / sasaran belajar
dengan memanfaatkan media
pengajaran yang ada.
6.
Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah
ini kegiatan belajar dievaluasi,
sampai sejauh mana tujuan pengajaran
yang dicapai, sekaligus dapat dinilai
sejauh mana pengaruh media sebagai alat
bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
Kehadiraan media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang
tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan
sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh peranan media. Di sini nilai praktek media terlihat, yang bermanfaat bagi sasaran dan penyuluh dalam proses belajar
mengajar.
5. Efektivitas
Kata
efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti
berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna
atau menunjang tujuan. Robbins memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat
pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Efektivitas
dapat didefinisikan dengan empat hal yang menggambarkan tentang efektivitas,
yaitu :
a. Mengerjakan
hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang seharusnya diselesaikan sesuai
dengan rencana dan aturannya.
b. Mencapai
tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang terbaik dengan lawan yang
lain sebagai yang terbaik.
c. Membawa
hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil yang bermanfaat.
d. Menangani
tantangan masa depan.
Efektivitas
pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan.
Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah
kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Efektivitas
menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin
besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Adapun
Martoyo (1998:4) memberikan definisi sebagai berikut:
Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu
kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan
sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga
tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
Unsur yang penting dalam konsep
efektivitas adalah; yang pertama adalah pencapaian tujuan yang sesuai dengan
apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang
dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian
proses.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat
ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari
beberapa literatur ilmiah mengemukakan bahwa efektivitas merupakan pencaian
tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian
alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan
lainnya. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah
tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara
tersebut adalah benar atau efektif.
6. Perilaku
Perilaku merupakan sesuatu yang penting dan perlu
dipahami secara baik. Hal ini disebabkan sikap dan perilaku manusia terdapat
dalam setiap aspek kehidupan serta tidak berdiri sendiri, perilaku manusia
mencakup dua komponen yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan
sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia
terhadap sesuatu keadaan yang dihadapi. Adapun perilaku manusia dapat diartikan
sebagai aktifitas manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku
dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya
dapat diamatioleh orang lain atau biasa disebut sebagai internal aktifitas, seperti persepsi, emosi, pikiran dan motivasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam
bidang kesehatan adalah :
a)
Faktor
Keturunan atau genetik
b)
Faktor
lingkungan (enviromental)
Faktor
biologis memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi olehwarisan dari kedua
orang tua. Wilson mengatakan bahwa perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogramkan secara genetik dalam jiwa manusia, sedangkan faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku pada hakikatnya identik dengan faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu, faktor lingkungan yang merupakan kondisi
dalam proses perkembangan sampai pada masa kematangan.
Perilaku
manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan tempat seseorang berada dan tinggal dimulai dari lingkungan keluarga/tempat
tinggal, lingkungan sekolah, bagi usia sekolah dan mereka yang telah bekerja.
Kedua faktor ini saling mempengaruhi dalam berperilaku. Misalnya cuci tangan
sebelum makan, menggosok gigi pagi hari sebelum makn dan malam hari sebelum
tidur.
Cara
merubah perilaku manusia bukanlah usaha yang mudah. Hal ini disebabkan manusia
mempunyai sikap kepribadian dan latar belakangsosial ekonomi yang berbeda.
Usaha untuk merubah perilaku manusia sebaiknya dimulai dari lingkungan
keluarga. Dalam hal ini peran orang tua sangat membantu untuk menjelaskan serta
menjadi contoh mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak. Untuk
merubah perilaku masyarakat diberikan penyuluhan-penyuluhan yang disesuaikan
dengan tingkat pendidikan dan budaya yang terdapat didaerah tersebut.
7.
Sikap
Sikap adalah
pemandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai
sikap objek (Purwanto, 1998).Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas akan tetapi merupakan “pre
disposisi” atau perilaku. Sikap juga masih merupakan reaksi tertutup bukan
reaksi terbuka.
B. Kerangka Konsep
Metode Ceramah
|
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Peningkatan Pengetahuan
Siswa
SMA
Negeri 4 Kupang
|
Metode
Ceramah
Menggunakan Audio Visual
|
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini, jenis penelitian yang dipilih adalah jenis penelitian eksperimen
dengan rancangan penelitian perlakuan ulang disebut juga one group pretest posttest yaitu rancangan yang hanya menggunakan
satu kelompok dengan membandingkan hasil yang diperoleh sebelum dan sesudah
tindakan untuk menguji perubahan yang terjadi (Notoatmodjo,2010)
B. Lokasi
Penelitian
Lokasi
dari penelitian ini adalah SMA
Negeri 4 Kupang.
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 4 Kupang
2.
Sampel
Berdasarkan
prosedur pengambilan sampel, dilihat dari jumlah populasi maka teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota
sampling, dimana sampel yang diambil adalah satu kelas yaitu kelas XI biologi yang berjumlah 38 orang, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok
dengan menggunakan metode ceramah dan kelompok dengan metode ceramah
menggunakan audio visual, dan tiap-tiap kelompok berjumlah 19 orang.
D.
Variabel Penelitian
1.
Variabel Bebas :
Penyuluhan dengan metode ceramah dan ceramah
dengan
menggunakan audio visual.
2.
Variabel
Terikat : Pengetahuan tentang pemeliharaan
kesehatan gigi
dan mulut.
E.
Definisi Operasional
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Skala pengukuran kategori
penilaian
|
Tingkat pengetahuan
siswa
|
Kemampuan responden
dalam menjawab pertanyaan kuisioner tentang :
Plak
Karang gigi
Radang gusi
Lubang gigi
Cara menyikat gigi
yang baik dan benar
|
Melakukan penilaian
jumlah jawaban
benar diberi skor : 1
salah diberi skor : 0 dengan kategori :
Baik : 75 – 100 %
Sedang : 65 – 74 %
Kurang: 55 – 64 %
|
F.
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kuisioner
dengan cara memberikan pertanyaan seputar variabel yang diteliti. Cara
pengolahan data yaitu mengumpulkan kembali lembaran kuisioner dari responden.
Selanjutnya akan dirangkumkan secara keseluruhan untuk memperoleh presentasi jawaban dari responden.
Jumlah yang diperoleh
Untuk presentase P : x 100 %
Jumlah
seluruh nilai
G.
Analisa Data
Analisa data yang akan digunakan dalam pengolahan
data adalah analisa deskriptif kualitatif. Setelah data dikumpulkan maka
data-data tersebut diseleksi untuk mengetahui kelengkapannya, kemudian
data-data tersebut diolah dan dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi secara
manual dengan alat bantu komputer.
H. Jalannya Penelitian
1.
Persiapan
a.
Memberikan surat ijin penelitian kepada SMA Negeri 4 Kupang .
b.
Persiapan soal test pengetahuan dan sikap yang akan didisi oleh siswa SMA Negeri 4 Kupang
2.
Pelaksanaan
a. Membagikan lembaran
kuisioner (pre test)
b. Melakukan penyuluhan
dengan metode ceramah.
c. Melakukan penyuluhan dengan metode ceramah
dengan audio visual
d. Melakukan evaluasi dengan menggunakan
kuisioner
3.
Pengolahan data
a.
Data primer
Data primer diperoleh melalui :
1)
Pengisian
lembar jawaban oleh siswa mengenai materi yang disajikan
2)
Pengumpulan kembali lembaran kuisioner oleh
peneliti
b.
Data sekunder
Data yang diperoleh melalui literatur-literatur dan sumber
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu tentang efektivitas
penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode ceramah dengan audio visual terhadap peningkatan pengetahuan siswa SMA Negeri 4 Kupang
1)
Menghitung jumlah sasaran yang memberi
jawaban yang benar.
2) Menghitung jumlah sasaran yang memberi jawaban yang
salah.
I.
Jadwal
Penitian
Jadwal penilitian ini direncanakan
akan dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2013.
Daftar Pustaka
Arikunto.S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta:Rineka Cipta.
Ashar.A., 2005. Media Pembelajaran, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
Bloom 1974 cit.Notoatmojo.,1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta.Rineka Cipta.
Maulana.D.J., Heri,
2009, Promosi Kesehatan, Jakarta:
EGC.
Herijulianti.
E.,2002. Pendididkan Kesehatan Gigi, Jakarta,
Buku Kedokteran EGC.
Machfoedz,
Ircham., 2007, Pendidikan Kesehatan
Bagian dari Promosi Kesehatan, Yogyakarta, Fitramaya.
Musyahid.
A., 2008, Pemanfaatan Media Slide Presentasi dan Media Asli dalam Pembelajaran
Konsep Sistem Saraf di SMAN 8 Semarang, Skrispsi: Semarang UNNES.
Notoatmojo.S.,
2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo.S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta,
PT. Rineka Cipta.
Sadiman..,. 2002, Media Pendidikan, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
Sadiman.A.,2003,
Media Pendidikan, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Perasada.
Sulaiman.A.H.,1981,
Media Audio-Visual untuk pengajaran,
Penerangan, dan Penyuluhan, Jakarta, PT.Gramedia.
Wiroatmojo.P.,Sasonoharjo,2002,
Media Pembelajaran, Jakarta, LAN RI
ka, punya data asli penelitian ini?
BalasHapusapakah saya boleh lihat sebagai referensi saya
terimakasih
ka, boleh saya lihat lampiran lembar kuoesioner untuk penelitian ini ? untuk saya jadikan sebagai referensi.
BalasHapusterimakasih