Jumat, 04 Oktober 2013

EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN METODE CERAMAH DENGAN AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUANSISWA

ABSTRAK
Irma Ulfa
EFEKTIVITAS PENYULUHAN  KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN METODE  CERAMAH DENGAN AUDIO VISUAL TERHADAP  PENINGKATAN
PENGETAHUANSISWA   SMA NEGERI 4 KUPANG
xii + 40 halaman + 1 gambar + 3 lampiran.
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu proses belajar  yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya dengan menggunakan alat bantu (media). Media tersebut merupakan alternatif dalam menyampaikan materi penyuluhan            ( metode penyuluhan ) yang dibarengi dengan uraian lisan, yang akhirnya akan dicatat secara cermat untuk mencernakan fakta dan imajinasi agar mudah diingat dan diterima atau ditangkap melalui panca indra.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penyuluhan  kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode  ceramah dengan audio visual terhadap  peningkatan pengetahuan siswa  SMA Negeri 4 Kupang.
Sampel yang diambil adalah berjumlah 38 orang, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok dengan menggunakan metode ceramah dan kelompok dengan metode ceramah menggunakan audio visual, dan tiap-tiap kelompok berjumlah 19 orang.
Metode Pengambilan data  dilakukan dengan cara pengisian lembaran kuesioner yang terbagi atas  dua tahapan yaitu pre test dan pos test guna mengetahui peningkatan pengetahuan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah (Flipchart ) dan metode ceramah dengan audio visual dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut lebih efektiv menggunakan metode ceramah dengan audio visual dibandingkan dengan metode ceramah (Flipchart ), dalam meningkatkan pengetahuan siswa SMA Negeri 4 Kupang.
Dengan demikian disarankan kepada perawat gigi agar menggunakan metode ceramah dengan audio visual untuk meningkatkan pengetahuan audiens tentang kesehatan gigi dan mulut.
Kata Kunci                : Efektivitas, penyuluhan metode ceramah dan ceramah dengan audio visual, peningkatan pengetahuan

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi. Secara fenomenologis, (1952) mengatakan bahwa pendidikan itu pada hakikatnya merupakan bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan cara berupa alat, bahasa, media.
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu  menjadi mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri.
Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) adalah suatu proses belajar  yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya.
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam  setiap memberikan asuhan keperawatan dimana saja ia bertugas apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Dengan demikian seorang perawat harus mampu menjalankan peranannya dalam memberikan pendidikan kesehatan baik di institusi seperti  puskesmas, klinik, rumah sakit, maupun sekolah terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengubah perilaku mereka kearah perilaku sehat (Efendi, 1998).
Tujuan utama pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku ini dapat berupa penambahan pengetahuan ( aspek kognitif ), sikap ( aspek afektif ), dan perilaku ( aspek psikomotorik ). Tentunya perubahan tingkah laku ini yang bersifat positif dan menuju ke arah perbaikan. Bisa saja menemui kegagalan apabila cara penyampaian materi pelajaran tersebut tidak menarik.
Agar penyampaian meteri pelajaran dapat diterima dengan baik serta menarik bagi peserta didik, tidak cukup dengan hanya memanfaatkan indera pendengaran saja, melainkan sebaiknya juga dapat di nikmati oleh indra penglihatan. Semakin banyak panca indra yang dilibatkan dalam menerima sesuatu, semakin kompleks pengetahuan yang didapat. Menurut penelitian, daya serap pancaindera manusia tidaklah sama. Masing-masing pancaindera manusia memiliki karakteristik tersendiri dalam daya serap pelajaran. Proses belajar seseorang dengan menggunakan indera penglihatan mencapai 82%, pendengaran 11%, peraba 3,5%, perasa 2,5% dan penciuman 1%  ( Piran Wiroatmojo dan Sasonohardjo, 2002 ). Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila penyampaian materi pelajaran atau penyuluhan lebih banyak memanfaatkan indera penglihatan akan memperoleh hasil yang paling tinggi.
Pemanfaatan pancaindera dalam proses belajar atau penyuluhan tidak terlepas dari adanya suatu obyek,  karena untuk mendapat pengetahuan yang kompleks dalam proses belajar diperlukan penggunaan media salah satunya yang sangat efektif adalah pemakaian alat bantu ( media ). Pertanyaannya mengapa harus menggunakan media ?.
 Alat bantu  (media) adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang penyuluh di dalam menyampaikan bahan pendidikan, dalam hal ini media yang bisa menyampaikan informasi secara bersama – sama berupa suara dan gambar atau model disebut media audio visual, dalam dunia pendidikan disebut audio-Visual (AVA) atau alat bantu pandang dengar. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra ( Heri, 2009 ).
Media dirancang agar pemakai bisa mengontrol dan merekayasa tampilannya setiap saat atau kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Media-media itu adalah gambar atau video, suara atau audio, grafis, animasi dan teks atau tulisan. Media-media tersebut merupakan alternatif dalam menyampaikan materi penyuluhan yang dibarengi dengan uraian lisan, yang akhirnya akan dicatat secara cermat untuk mencernakan fakta dan imajinasi agar mudah diingat.
Aplikasi ini sangat banyak digu­nakan apalagi oleh kalangan perkantoran, para pendidik, siswa, dan petugas kesehatan dan trai­ner (Musyahid, A., 2008). Dalam media ini ter­dapat interaksi antara anak dengan media, hal ini akan merangsang rasa ingin tahu anak dan rasa ketertarikan terhadap apa yang dipelajarinya, dengan demikian maksud dari penyuluhan ter­sebut dapat mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti  efektivitas penyuluhan  kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode  ceramah dengan audio visual terhadap  peningkatan pengetahuan siswa  SMA Negeri 4 Kupang
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat memaparkan permasalahan sebagai berikut : apakah efektif penyuluhan  kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode  ceramah dengan audio visual terhadap  peningkatan pengetahuan siswa   SMA Negeri 4 Kupang
C.    Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan  kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode  ceramah dengan audio visual terhadap  peningkatan pengetahuan siswa  SMA Negeri 4 Kupang.


D.    Manfaat Penelitian
1.   Bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam melaksanakan penelitian dan juga sebagai penerapan ilmu yang didapat selama mengikuti proses perkuliahan.
2.   Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan pada jurusan keperawatan gigi sehingga dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa juga sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.
3.   Bagi siswa SMA  Negeri 4 Kupang
Sebagai tolak ukur dalam meningkatkan pemahaman terhadap penerimaan materi penyuluhan dengan menggunakan media penyuluhan.

















BAB II
TELAAH PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori
1.      Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 ).
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep – konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman, Notoadmodjo ( 2005 ).
 Beberapa tingkat pengetahuan menurut  Notoatmodjo ( 2005 ) yaitu:
a.       Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah.
b.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.       Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

d.      Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.
e.       Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
f.       Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jusfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Pengetahuan  adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi  setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan, indra pendengaran, indra penciuman, indra peraba, dan indra perasa.
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan dan pengetahuan itu tidak lain adalah dari hasil tahu seseorang. Pengetahuan merupakan salah satu aspek perilaku yang menunjukan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pengetahuan ini akan menunjukan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menggunakan kemampuan terhadap segala sesuatu yang telah dipelajari (Staton,1997).
Pengetahuan ini harus sesuai dengan aspek obyek yang diketahui jika orang tidak tahu akan salah satu aspek dari obyeknya, ia belum lengkap pengetahuannya. Orang yang hendak tahu memang harus sadar dan kesadaran itu harus ada, bahkan mutlak bagi pengetahuan, karena yang tidak sadar tentu tidak tahu.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan menjadi 3 kelompok besar yang meliputi :
a.       Ilmu pengetahuan teoritis yaitu, pengetahuan yang hanya mempunyai tujuan demi pengetahuan itu sendiri.
b.      Ilmu pengetahuan praktis yaitu, pengetahuan hanya bertujuan demi tingka laku atau mendorong aktivitas.
c.       Ilmu pengetahuan produktif yaitu, pengetahuan yang bertujuan demi kegunaan atau keindahan,kebenaran.
Dari pembagian tersebut yang penting adalah bahwa orang memusatkan perhatiannya bukan pada masalah-masalah teoritis melainkan pada penarikan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Dengan kata lain yang diutamakan adalah penerapan pengatahuan tersebut untuk menyelesaikan persoalan (problem solving).
2.      Penyuluhan Kesehatan
a.       Pengertian
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi – informasi, dan kemampuan - kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Zulkarimein, 1989).
b.      Langkah-langkah Penyuluhan
Untuk melaksanakan program penyuluhan harus membuat perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Suatu perencanaan yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Dapat dilaksanakan terus menerus.
2)      Berorientasi ke masa depan.
3)      Dapat menyelesaikan suatu masalah.
4)      Mempunyai tujuan.
Menurut Herijulianti (2002) langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun perencanaan penyuluhan adalah :
1.      Analisis Situasi.
Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang dihadapi.
2.      Penentuan Prioritas Masalah
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan.
3.      Penentuan Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.
4.      Penentuan Sasaran
Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi :
a)      Masyarakat umum
b)      Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai
c)      Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.
5.      Penentuan Pesan
Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada sasaran. Pesan yang disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan.
6.      Penentuan Metode
Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin dicapai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk mengubah kognitif / pengetahuan dapat memilih dengan menggunakan metode ceramah ataupun diskusi).
7.      Penentuan Media
Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar.
8.      Penentuan Rencana Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.
9.      Penyusunan Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan rencana penilaian.
c.       Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Penyuluhan merupakan upaya pendidikan yang memiliki prinsip-prinsip tertentu. Yang harus diperhatikan agar penyuluhan berhasil yakni :
1)   Prinsip-prinsip dasar penyuluhan masyarakat meliputi : seorang penyuluh hendaknya mempunyai keahlian, kejujuran, ketekunan dan kesungguhan dalam melaksanakan aktifitasnya, antara penyuluh dan kelompok sasaran yang harus terjadi jalinan hubungan batin yang baik, materi atau bahan penyuluhan yang disampaikan hendaknya mulai dari materi yang paling mudah diterima dan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan kelompok, media yang digunakan tepat guna dan berdaya guna.
2)   Prinsip dasar penyuluhan kelas antara lain :
Mengikut sertakan peserta didik pada saat memberikan penyuluhan dalam kelas, memajukan pelajaran peserta didik pada saat memberikan pelajaran yang mudah kemudian bertahap dilanjutkan kepada yang sulit, keluwesan dalam pergaulan membiarkan diri mengikuti kehendak anak-anak sesuai dengan keadaan mereka.
3)   Bentuk penyuluhan
Penyuluhan individu atau perorangan yaitu formal dan informal yang dilaksanakan di puskesmas dan kunjungan rumah, penyuluhan kelompok misalnya Karan Taruna dan ibu-ibu PKK, penyuluhan masa yaitu penyuluhan yang diberikan pada sekelompok orang atau masyarakat dalam jumlah yang besar, misalnya memasang poster/tulisan ditempat ramai, melalui media massa seperti televisi, radio, dan surat kabar.
d.      Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007).
Pemilihan metode harus mengacuh pada kriteria tertentu yaitu : menunjang penyampaian TIK yang telah ditetapkan. Hal ini tergantung pada perubahan perilaku yang diharapkan berdasarkan taksonomi. Bloom yang membagi perilaku manusia dalam tiga faktor, yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psykomotor (ketrampilan).


Macam-macam metode penyuluhan
1)         Metode One Way Methode
Menitik beratkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode ceramah, siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
2)         Metode Two Way Methode
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.Yang termasuk dalam metode ini adalah : wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.
Pengelompokan penyuluhan berdasarkan jumlah sasaran antara lain :
a)      Kelompok besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain adalah ceramah, demonstrasi dan seminar.
b)      Kelompok kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran (roleplay).
Salah satu program upaya promotif adalah dengan memberikan penyuluhan. Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi dan praktik.
1.      Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Ciri-ciri metode ceramah : ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang akan disampaikan, tidak adanya kesempatan bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pengertian.
Kelebihan Metode Ceramah
a.       Penyuluh mudah menguasai kelas
b.      Dapat diikuti oleh peserta yang banyak
c.       Relatif mudah menyiapkan dan melaksanakannya
d.      Sangat efektif untuk mengenalkan materi atau teknologi baru
e.       Teknik ceramah yang baik sangat mendukung tercapainya penyerapan dan pemahaman yang optimal terhadap materi penyuluhan
f.       Teknik ceramah yang baik, akan efektif digunakan pada jam-jam yang melelahkan
Kelemahan metode ceramah
1)      Sulit mengetahui tingkat pengertian dan pemahaman setiap peserta terhadap materi yang disampaikan
2)      Pernyataan lisan kadang-kadang sukar ditangkap, sehingga sering menimbulkan salah pengertian dan beda penafsiran
3)      Retensi penyerapan informasi atau materi lambat dan kurang
4)      Peserta penyuluhan relatif pasif
Ciri khas ceramah
Ada sekelompok pendengar yang telah disiapkan, ada suatu ide yang akan disampaikan dengan lisan ada kesempatan bertanya dari pendengar, ada alat peraga yang harus dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang sudah dijelaskan dengan lisan.
2.      Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
Ciri-ciri demonstrasi yaitu memperlihatkan pada kelompok bagaimana prosedur untuk membuat sesuatu, dapat meyakinkan peserta bahwa mereka dapat melakukannya dan dapat meningkatkan minat sasaran untuk belajar. Keuntungan demonstrasi : kegiatan ini dapat memberikan suatu keterampilan tertentu kepada kelompok sasaran, dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan karena penggunaan bahasa yang lebih terbatas, membantu sasaran untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses prosedur yang dilakukan. Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya, uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas, waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak dapat diikutsertakan (Taufik, 2007).
3.      Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara pendidikan kesehatan dengan jalan mengadakan tanya jawab dan pengarahan kearah tujuan. Tujuannya adalah untuk memperoleh / memberikan keterangan kepada seseorang serta mempengaruhi pengetahuan dan sikap / tingkah laku dengan cara-cara tertentu.
3.      Media Pendidikan Kesehatan
a.         Pengertian
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau “klien”.
b.        Jenis – Jenis Media
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan
 ( media ), media ini dibagi menjadi 3, yakni ( Ircham, 2007 ):


1)   Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain:
a.    Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
b.    Leflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
c.    Flyer ( Selebaran ) ialah seperti leaflet tetapi, tidak dalam bentuk lipatan
d.   Flip Chart ( lembar balik ) media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik
e.    Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
f.     Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
g.    Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2)   Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain:
a)    Televisi
Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televise dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau hanya tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dan lain-lain.
b)   Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan ( Tanya jawab ), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan lain-lain.
c)    Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.
d)   Slide
     Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c.         Klasifikasi Media Berdasarkan Persepsi Indera
Berdasarkan persepsi indera, media diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yakni media audio, media visual, dan media audio visual (Setyosari dan Sihkabuden, 2005).
Media audio adalah media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassette tape recorder, dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slide (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan, dan ada pula yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi ke dalam audio visual diam (slide bersuara, film rangkai bersuara, cetak suara) dan audio visual gerak (film suara, video cassette).
Suleiman (1988) mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan persepsi indera sebagai berikut :
1)      Media Audio
Media audio, yaitu media yang menghasilkan bunyi atau suara. Media ini dapat menyalurkan pesan melalui bunyi atau suara. Contoh media ini adalah radio dan audio cassette tape recorder.
2)      Media Visual
Media visual, yaitu media yang menghasilkan bentuk atau rupa, yang dikenal sebagai media peraga. Contoh media visual adalah gambar alat transfortasi, insektarium, tiruan rangka manusia, dan lain-lain.
Media visual dibedakan menjadi dua jenis, yaitu  (1) media visual dua dimensi dan (2) media visual tiga dimensi. Media visual dua dimensi meliputi media dua dimensi pada bidang yang tidak transparan dan media dua dimensi pada bidang yang transparan.
3)      Media Audio Visual
Media audio visual, yaitu media yang dapat menghasilkan  rupa dan suara  dalam satu unit media. Contoh jenis media ini adalah video, film bersuara, dan televisi.
d.        Fungsi Media
Media sebagai suatu komponen sistem pembelajaran, mempunyai fungsi dan peran yang sangat vital  bagi kelangsungan pembelajaran. Itu berarti bahwa media memiliki posisi yang strategis sebagai bagian integral dari pembelajaran. Integral dalam konteks ini mengandung pengertian bahwa media itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Tanpa adanya media, maka pembelajaran tidak akan pernah terjadi.
Sebagai komponen sistem pembelajaran, media memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai komponen yang dimuati pesan pembelajaran untuk disampaikan kepada pebelajar. Pada proses penyampaian pesan ini seringkali terjadi gangguan yang mengakibatkan pesan pembelajaran tidak diterima oleh pebelajar seperti apa yang dimaksudkan oleh penyampai pesan. Gangguan-gangguan komunikasi antara penyampai pesan dengan pebelajar ini kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa hal, yaitu verbalisme, salah tafsir, perhatian ganda, pembentukan persepsi tak bermakna, dan kondisi lingkungan yang tak menunjang.
Kunci pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan gangguan proses penyampaian pesan pembelajaran ini terletak pada media yang dipakai dalam proses itu. Menurut Degeng (2001) secara garis besar fungsi media adalah :
1.      Menghindari terjadinya verbalisme
2.      Membangkitkan minat/motivasi
3.      Menarik perhatian siswa
4.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran
5.      Mengaktifkan mahasiswa dalam kegiatan  belajar
6.      Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar
Media yang dirancang dengan baik dalam batas-batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru (Miarso, 1986).
Ibrahim, dkk (2004) menjelaskan fungsi media pembelajaran ditinjau dari dua hal, yaitu proses pembelajaran sebagai proses komunikasi dan kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungannya. Ditinjau dari proses pembelajaran  sebagai proses komunikasi, maka fungsi media adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) ke penerima (siswa). Ditinjau dari proses pembelajaran sebagai kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungannya, maka fungsi dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan komunikasi yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
e.         Manfaat Media
Menurut Piran Wiroatmodjo dan Sasonoharrdjo (2002), beberapa kegunaan media, sebagai berikut:
1)      Penggunaan media pembelajaran, dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik.
2)      Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariai dapat diatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini, media pembelajaran berguna untuk; (1) menimbulkan motivasi dan gairah belajar, (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan, dan (3) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
3)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya:
a)      Objek terlalu besar, bisa digantikan dengan model, gambar, vidio, dan sebagainya.
b)      Objek yang terlalu kecil, dapat dibantu dengan projektor mikro, film slide, gambar, atau vidio.
c)      Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan high speed photography atau slow metion playback vidio.
d)     Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat di tampilkan lagi lewat rekaman film, vidio, film slide, foto ataupun secara verbal.
e)      Objek yang terlalu kompleks, misalnya mesin-mesin, dapat disajikan dengan model diagram, dan lain-lain.
f)       Konsep yang terlalu luas (gunung api, gempa bumi, iklim, dan lain-lain dapat divisualkan dengan bentuk film,vidio,film slide, gambar.
4)      Dengan sifat yang unik setiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya diatasi sendiri. masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yakni dengan kemampuan dalam :
a)      Memberikan perangsang yang sama,
b)      Mempersamakan pengalaman, dan
c)      Menimbulkan persepsi yang sama.
4.      Media Audio Visual
a.       Pengertian Media Audio Visual
Media  atau alat-alat audio-visual adalah alat-alat yang  audible  artinya dapat didengar dan alat-alat yang  visible  artinya  dapat dilihat. Alat-alat audio-visual gunanya  untuk membuat cara  berkomunikasi menjadi efektif. Media audio-visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau.
Teknologi audio-visual  merupakan cara  untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan  mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran  melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti: televisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.
Morgan menyebutkan efektifitas pengajaran  orang  dewasa  seperti yang disebut dalam prinsip pendidikan orang  dewasa  tergantung  pada  pengertian  yang jelas.Tulisan dan ucapan sangat bermanfaat dalam situasi belajar pada  umumnya, tetapi ada  beberapa  konsep yang  tidak dapat disampaikan sejelas atau selengkap jika menggunakan alat bantu audio-visual.
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media  ini mempunyai kemampuan yang  lebih baik, karena meliputi kedua  jenis media yang  pertama  dan  yang kedua. Media  ini  dibagi lagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1.      Audio-visual diam yaitu: media  yang  menampilkan suara  dan gambar diam seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.
2.      Audio-visual cetak yaitu: media yang dapat menapilkan unsur suara dan  gambar yang bergerak seperti: film suara dan video-cassette. Dimasa  lampau, diskusi tentang  alat Bantu audio-visual lebih condong didominasi oleh apa yang disebut Dwyer sebagai “teori realisme”. Pendekatan ini  berasumsi bahwa  belajar yang  sempurna  hanya  dapat tercapai  jika digunakan bahan-bahan audio-visual yang  mendekati  realitas. Dengan kata lain, dalam memilih alat bantu, obyek-obyek  sebenarnya  lebih disukai dari  gambar, gambar foto lebih disukai dari gambar  garis sederhana  atau sketsa. Miller mengemukakan lebih banyak sifat bahan audio-visual yang menyerupai  realitas, makin mudah terjadi belajar. Seperti yang dikatakan Bruner dan Traver realisme tidak menjamin bahwa  informasi yang berguna dapat dipersepsi atau dirasakan, dipelajari dan diingat. Ini berarti bahwa  suatu gambar garis yang  sederhana  lebih baik dari sebuah obyek sebenarnya dan karyawisata.  Jadi, pengajaran melalui audio-visual adalah produksi  dan penggunaan  materi yang  penyerapannya  melalui  pandangan dan pendengaran serta  tidak  seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada. 
b.      Kriteria Media Audio-Visual
Dalam pengelompokan audio-visual dapat dibagi menjadi dua  kategori yang dapat membedakannya, antara lain:
1.   Media  opsional atau media pengayaan.
Bahannya  dapat dipilih sesuai kehendaknya sendiri, dengan syarat cukup waktu dan biaya.
2.   Media yang diperlukan atau yang harus digunakan.
Media macam ini harus digunakan  untuk membantu siswa  melaksanakan atau  mencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas yang  diberikan. Untuk itu diperlukan biaya dan waktu.
Oleh karena  itu alat-alat audio-visual membuat  suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih mudah  dan  lebih cepat belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan,  contoh barang  atau model. Dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran,  penerangan atau penyuluhan.
c.       Jenis-jenis Media Audio-Visual
Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio-visual, antara lain:
1.      Radio
Radio adalah  media  audio-visual yang  programnya  dapat direkam  dan diputar sesuka kita. Media  ini  relatif murah dan variasi progamnya  lebih banyak dan bisa dipindah-pindah dan dapat digunakan bersama-sama. Radio merupakan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus  dan aktual, dapat mengetahui beberapa  kejadian  atau peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya.
2.      Televisi  
Televisi  adalah sistem elektronik yang  mengirimkan gambar  diam dan gambar hidup bersama  suara  melalui  kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan  yang  mengubah cahaya  dan suara  ke  dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara  yang dapat didengar. Dengan demikian, ada  dua  jenis pengiriman (penyiaran)  gambar dan suara  yaitu  penyiaran lansung  kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam di atas pita film atau pita video.
3.      Proyektor Transparansi (OHP)
Overhead projector adalah alat audio-visual yang sangat sering digunakan dalam berbagai program pendidikan orang  dewasa.  Beberapa  pendidik merencanakan seluruh program pengajaran mereka  dengan menggunakan transparansi atau overhead projector.  Overhead projector sebaiknya  tidak dianggap sebagai pengganti  papan tulis atau media yang  lain,  tetapi sebagai pelengkap saja. Bagaimanapun penggunaan overhead projector dalam pendidikan orang dewasa banyak manfaatnya. Transparansi yang  diproyeksikan adalah visual baik berupa  huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya  pada  lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding  melalui  sebuah proyektor. Kemampuan proyektor memperbesar gambar membuat media  ini  berguna  untuk  menyajikan informasi pada kelompok yang  besar dan pada  semua jenjang.
OHP  dirancang  untuk dapat digunakan di depan kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap  langsung dengan siswanya. Menurut Chance  membandingkan pemakaian papan tulis dengan OHP dalam mengajarkan gambar-gambar teknik. Hasilnya: lebih baik dengan OHP. Waktu pelaksanaan  dikurangi 20%,  yang  berarti  bahwa  lebih banyak waktu dapat di gunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk diskusi dan praktek. Hal-hal yang sama juga ditemukan oleh peneliti-peneliti lain.
4.      Computer multimedia
Memanfaatkan program computer dengan file multimedia sebagai media pembelajaran, mampu menampilkan gambar-gambar maupun tulisan yang diam dan bergerak serta bersuara. Mutu dan gambarnya sangat bagus seta mempunyai efek tiga dimensi. Apabila ada perubahan penampilan, prosesnya dapat dilakukan pada saat itu juga dalam waktu yang sangat singkat di depan peserta didik, sehingga lebih menarik dan lebih inofatif.
Dalam kenyataannya media ini dapat menggantikan hamper semua peranan media yang ada sebelumnya. Sejauh tetap berfungsi normal, dibantu penayangannya dengan menggunakan LCD projector ( infocus ).
d.      Tahapan Penggunaan Media Audio-Visual
Alat-alat audio-visual baru ada  faedahnya  kalau yang  menggunakannya telah mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih memadai dalam penggunaannya. Hal itu  menimbulkan kepercayaan dirinya, oleh karena  itu membuatnya sanggup menyampaikan pelajaran, penyuluhan atau penerangan dengan baik. Dia  harus tahu bagaimana  menyajikan pelajaran atau menyampaikan informasi dengan  alat yang  digunakannya.
Adapun  langkah-langkahnya adalah:
1.      Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media  audio-visaual sebagai media pembelajaran.
2.      Persiapan penyuluh. Pada fase ini penyuluh memilih dan menetapkan media yang akan dipakai guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.
3.      Persiapan kelas / sasaran. Pada  fase  ini  siswa  atau kelas dan atau sasaran harus mempunyai persiapan sebelum  mereka  menerima pelajaran dengan menggunakan media ini.
4.      Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Penyajian bahan pelajaran  dengan  memanfaatkan media pengajaran maka  keahlian penyuluh dituntut di sini.
5.      Langkah kegiatan belajar siswa / sasaran.  Pada  fase  ini  siswa / sasaran   belajar  dengan memanfaatkan media  pengajaran yang  ada.
6.      Langkah evaluasi pengajaran. Pada  langkah  ini  kegiatan belajar dievaluasi, sampai sejauh mana  tujuan pengajaran yang  dicapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana  pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
Kehadiraan media  sangat membantu mereka  dalam memahami  konsep tertentu,  yang  tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan  bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh  peranan  media. Di sini  nilai praktek media  terlihat, yang bermanfaat bagi sasaran dan penyuluh dalam proses belajar mengajar.
5.      Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Robbins memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Efektivitas dapat didefinisikan dengan empat hal yang menggambarkan tentang efektivitas, yaitu :
a.       Mengerjakan hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang seharusnya diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.
b.      Mencapai tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang terbaik dengan lawan yang lain sebagai yang terbaik.
c.       Membawa hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil yang bermanfaat.
d.      Menangani tantangan masa depan.
Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Adapun Martoyo (1998:4) memberikan definisi sebagai berikut:
Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
Unsur yang penting dalam konsep efektivitas adalah; yang pertama adalah pencapaian tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa literatur ilmiah mengemukakan bahwa efektivitas merupakan pencaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
6.      Perilaku
Perilaku merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan sikap dan perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan serta tidak berdiri sendiri, perilaku manusia mencakup dua komponen yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan yang dihadapi. Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktifitas manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamatioleh orang lain atau biasa disebut sebagai internal aktifitas, seperti persepsi, emosi, pikiran dan motivasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam bidang kesehatan adalah :
a)      Faktor Keturunan atau genetik
b)      Faktor lingkungan (enviromental)
Faktor biologis memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi olehwarisan dari kedua orang tua. Wilson mengatakan bahwa perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogramkan secara genetik dalam jiwa manusia, sedangkan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku pada hakikatnya identik dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, faktor lingkungan yang merupakan kondisi dalam proses perkembangan sampai pada masa kematangan.
Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan tempat seseorang berada dan tinggal dimulai dari lingkungan keluarga/tempat tinggal, lingkungan sekolah, bagi usia sekolah dan mereka yang telah bekerja. Kedua faktor ini saling mempengaruhi dalam berperilaku. Misalnya cuci tangan sebelum makan, menggosok gigi pagi hari sebelum makn dan malam hari sebelum tidur.
Cara merubah perilaku manusia bukanlah usaha yang mudah. Hal ini disebabkan manusia mempunyai sikap kepribadian dan latar belakangsosial ekonomi yang berbeda. Usaha untuk merubah perilaku manusia sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini peran orang tua sangat membantu untuk menjelaskan serta menjadi contoh mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak. Untuk merubah perilaku masyarakat diberikan penyuluhan-penyuluhan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan budaya yang terdapat didaerah tersebut.
7.      Sikap
Sikap adalah pemandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek (Purwanto, 1998).Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan “pre disposisi” atau perilaku. Sikap juga masih merupakan reaksi tertutup bukan reaksi terbuka.

B.     Kerangka Konsep
Metode Ceramah

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
 

Peningkatan Pengetahuan Siswa SMA Negeri 4 Kupang

                                           

 

Metode Ceramah Menggunakan Audio Visual

 




                             

                             







BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dipilih adalah jenis penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian perlakuan ulang disebut juga one group pretest posttest yaitu rancangan yang hanya menggunakan satu kelompok dengan membandingkan hasil yang diperoleh sebelum dan sesudah tindakan untuk menguji perubahan yang terjadi (Notoatmodjo,2010)
B.       Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Kupang.
C.      Populasi dan Sampel
1.    Populasi
     Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 4 Kupang
2.    Sampel
     Berdasarkan prosedur pengambilan sampel, dilihat dari jumlah populasi maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota sampling, dimana sampel yang diambil adalah satu kelas yaitu kelas XI biologi yang berjumlah 38 orang, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok dengan menggunakan metode ceramah dan kelompok dengan metode ceramah menggunakan audio visual, dan tiap-tiap kelompok berjumlah 19 orang.
D.      Variabel Penelitian
1.      Variabel Bebas          : Penyuluhan dengan metode ceramah dan ceramah 
  dengan menggunakan audio visual.
2.      Variabel Terikat         : Pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi
  dan mulut.


E.       Definisi Operasional

Variabel
Definisi Operasional
Skala pengukuran kategori penilaian
Tingkat pengetahuan siswa
Kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan kuisioner tentang :
Plak
Karang gigi
Radang gusi
Lubang gigi
Cara menyikat gigi yang baik dan benar
Melakukan penilaian jumlah jawaban
 benar diberi skor     :  1
 salah diberi skor : 0 dengan kategori :
Baik    : 75 – 100 %
Sedang : 65 – 74 %
Kurang: 55 – 64 %

F.       Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kuisioner dengan cara memberikan pertanyaan seputar variabel yang diteliti. Cara pengolahan data yaitu mengumpulkan kembali lembaran kuisioner dari responden. Selanjutnya akan dirangkumkan secara keseluruhan untuk memperoleh presentasi jawaban dari responden.
Jumlah yang diperoleh
Untuk presentase P :                                                         x 100 %
Jumlah seluruh nilai

G.       Analisa Data
Analisa data yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah analisa deskriptif kualitatif. Setelah data dikumpulkan maka data-data tersebut diseleksi untuk mengetahui kelengkapannya, kemudian data-data tersebut diolah dan dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi secara manual dengan alat bantu komputer.
H.       Jalannya Penelitian
1.    Persiapan
a.       Memberikan surat ijin penelitian kepada SMA Negeri 4 Kupang .
b.      Persiapan soal test pengetahuan dan sikap yang akan didisi oleh siswa SMA Negeri 4 Kupang
2.    Pelaksanaan
a.      Membagikan lembaran kuisioner (pre test)
b.     Melakukan penyuluhan dengan metode ceramah.
c.      Melakukan penyuluhan dengan metode ceramah dengan audio visual
d.     Melakukan evaluasi dengan menggunakan kuisioner
3.    Pengolahan data
a.         Data primer
       Data primer diperoleh melalui :
1)   Pengisian  lembar jawaban oleh siswa mengenai materi yang disajikan
2)   Pengumpulan kembali lembaran kuisioner oleh peneliti
b.        Data sekunder
       Data yang diperoleh melalui literatur-literatur dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu tentang efektivitas penyuluhan  kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah dan metode  ceramah dengan audio visual terhadap  peningkatan pengetahuan siswa  SMA Negeri 4 Kupang
1)      Menghitung jumlah sasaran yang memberi jawaban yang benar.
2)      Menghitung jumlah sasaran yang memberi jawaban yang salah.
I.          Jadwal Penitian
Jadwal penilitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2013.


Daftar Pustaka

Arikunto.S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta.
Ashar.A., 2005. Media Pembelajaran, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Bloom 1974 cit.Notoatmojo.,1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta.Rineka Cipta.
Maulana.D.J., Heri, 2009, Promosi Kesehatan, Jakarta: EGC.
Herijulianti. E.,2002. Pendididkan Kesehatan Gigi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Machfoedz, Ircham., 2007, Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, Yogyakarta, Fitramaya.
Musyahid. A., 2008, Pemanfaatan Media Slide Presen­tasi dan Media Asli dalam Pembelajaran Konsep Sistem Saraf di SMAN 8 Semarang, Skrispsi: Semarang UNNES.
Notoatmojo.S., 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo.S., 2010, Metodologi Penelitian Ke­sehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Sadiman..,. 2002, Media Pendidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Sadiman.A.,2003, Media Pendidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Perasada.
Sulaiman.A.H.,1981, Media Audio-Visual untuk pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan, Jakarta, PT.Gramedia.
Wiroatmojo.P.,Sasonoharjo,2002, Media Pembelajaran, Jakarta, LAN RI
 



2 komentar:

  1. ka, punya data asli penelitian ini?
    apakah saya boleh lihat sebagai referensi saya
    terimakasih

    BalasHapus
  2. ka, boleh saya lihat lampiran lembar kuoesioner untuk penelitian ini ? untuk saya jadikan sebagai referensi.
    terimakasih

    BalasHapus